Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad lahir sekitar pada tanggal 16 Rabiul Awal 1334
H (1909 M). di Mamben
Lauk Lombok Timur Nusa Tenggara
Barat, beliau wafat pada tanggal
30 Rajab 1413 Hijriyah atau bertepatan dengan 04
Februari tahun
1992 dan di makamkan di Desa
Mamben Lauk, beliau
di lahirkan dari perkawinan Tuan Guru Haji Muhammad Arsyad (Ayahnya) dengan Sakdah (Ibunya), Ia terlahir dalam
kalangan lingkungan keluaraga yang agamis,
yang kehidupan keluarganya amat sederhana, sedangkan ayahnya seorang tokoh agama yakni
sebagai penghulu
(Baca
Sasak : Pengulu).
Nama kecil
beliau adalah Muhammad Zainuddin dan berganti nama menjadi Haji
Muhammad Zainuddin Arsyad setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti nama
beliau adalah ayah beliau sendiri, nama itu
diambil dari nama ayahnya sendiri karena beliau ditunjuk sebagai penerus
perjuangan ayahnya, dan beliau adalah anak bungsu yang lahir dari
perkawinan Tuan Guru Haji Muhammad Arsyad dengan Sakdah, beliau
bersaudara kandung delapan orang yaitu (1) Inaq Makenun, (2) H. Khalil,
(3) H. Izzuddin, (4) TGH. Muhammad Zainuddin
Arsyad, (5) Guru
Makenah, (6) Inaq Takrah, (7)
Guru Mamnun, dan (8) Amaq
Mulhiyah.
Ayahandanya yang dikenal dengan sebutan panggilan
“ Guru
Mu’minah ” dia
adalah seorang muballig terkemuka yang membawa perubahan cukup besar di Desa
Mamben Lauk, sedangkan ibundanya seorang yang
salehah.
Sebagai
seorang anak yang hidup dan tumbuh berkembang
secara wajar, sebagaimana layaknya pertumbuhan anak-anak pada umumnya, pergaulan hidupnya di masa
usia anak-anak, beliau selalu mencerminkan sifat-sifat yang terpuji, sopan dan
santun kepada siapa saja, baik teman sebanya, orang remaja terlebih kepada
orang yang lebih tua dari beliau, sehingga banyak yang menyayanginya, dan sikap kepemimpinan beliau
telah terlihat
dari sejak usianya masih kecil, di samping itupula beliau selalu di bimbing dan
didik serta di tempa dengan sikap yang terpuji oleh keluarganya sesuai dengan
tuntunan dan ajaran agama Islam
yang di yakininya. Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan
cerdas, karnanya orang tua beliau memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecintaannya
serta kasih sayang yang besar kepada beliau.
Adapun
tentang silsilah keturunan beliau tidak bisa dikemukakan lebih terinci atau
tidak dapat diuraikan secara utuh dan detail oleh penulis,
karena
dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang
tua beliau mengalami kebakaran pada tanggal 11 Desember
1980. Dan sesuai pesan orang tua beliau untuk tidak membangga-banggakan
diri dalam hal apapun sehingga penulis sangat kesulitan dalam mencari silsilah
keturunannya, namun yang jelas bahwa silsilah keturunan
beliau adalah dari garis keturunan yang terpandang pada Kerajaan Selaparang, penulis hanya mampu memaparkan dan mengungkap sebagian silsilah keturunan
beliau, yakni dari silsilah keturunan Baloq Bone dan Raden Amir yang kerapkali
di sebut dengan sebutan Raden Mamben oleh kebanyakan orang, yang makamnya
terletak di wilayah Tegaron. Sementara Kerajaan Selaparang merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok yang terletak di Peresak Suela Lombok Timur, dan Kerajaan Seleparang ini
berdiri ± Tahun 1357 M (Abad ke 13) nama rajanya yang pernah berkuasa, seperti : Prabu Mumbul (Hindu Budha), Rangke Sari
(Beragama Islam), Pangeran Prapen (Beragama Islam), Datu Seleparang atau Sultan
Rinjani (Beragama Islam), dan Raden Mas Syayit beragama Islam. (Sumber : Peta
Sejarah Kerajaan di Indonesia)
Tuan Guru
Haji Muhammad Zainuddin Arsyad didalam
perkawinannya dengan Hj. Samhah Mukhtariyah (Almarhumah), beliau sangat
menginginkan putra-putranya yang akan
melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran
agama Islam Ahlussunnah wal jamaah melalui Pondok Pesantren Maraqitta’limat
yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugerahi 1 orang anak
perempuan dan enam orang anak laki-laki, tetapi anak
perempuan beliau meninggal di usia balita, sedangkan anak-anaknya diantaranya
adalah dr.
H.Akmaluddin (Almarhum), Ir. Kamaluddin (Almarhum), Drs.TGH.Hazmi Hamzar, Drs.
H.Mukram (Almarhum), H. Mashal SH,MM dan H.Ruhaiman,
SE.
1.Sebagai
Anak Angkat
Pada
usia 4 tahun, beliau di asuh menjadi seorang anak angkat oleh Amaq Ismail
(Bapak Angkatnya) dan Inaq Isah (Ibu Angkatnya), karena pada saat itu orang tua
angkatnya belum di berikan karunia seorang anak oleh Allah SWT dari
perkawinannya, sehingga orang tua angkatnya menganggap beliau sebagai anak
kandungnya sendiri, keluarga angkatnya sangat begitu menyayangi dan
mengasihinya dengan penuh segala rasa perhatian. Namun walau demikian bagi
beliau selaku anak angkat tetap merasa lebih patuh dan hormat kepada orang tua
angkatnya sendiri.
Meskipun
beliau berada dalam buaian kasih sayang dari asuhan keluarga angkat, lalu tidak
serta merta orang tuanya membiarkan beliau tanpa perhatian yang cukup, namun
orang tua kandungnya sendiri juga selalu memberikan perhatian akan kasih sayang
dan mendidiknya, karena orang tua beliau memiliki rasa tanggung jawab yang
besar, sehingga orang tuanya sendiri berperan ganda, di samping sebagai seorang
ayah yang menjadi tumpuan hidup dari anak-anaknya, juga sebagai guru beliau,
dengan penuh perhatian dan didikan serta kedisiplinan dari ayahnya sehingga
beliau terbentuk menjadi seorang yang sangat pandai dan cerdas serta memiliki
sifat kejujuran, rendah hati, sopan dan santun, baik budi pekertinya, sehingga
semakin nampak jiwa kepimpinannya walau beliau usia masih tergolong relatif
muda hingga dalam usia 6 tahun.
Bersambung..........