Sabtu, 05 Januari 2013

Sejarah Hidup Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad



Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad lahir sekitar pada tanggal 16 Rabiul Awal 1334 H (1909 M). di Mamben Lauk Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, beliau wafat pada tanggal 30 Rajab 1413 Hijriyah atau bertepatan dengan 04 Februari tahun 1992 dan di makamkan di Desa Mamben Lauk, beliau di lahirkan dari perkawinan Tuan Guru Haji Muhammad Arsyad (Ayahnya) dengan Sakdah (Ibunya), Ia terlahir dalam kalangan lingkungan keluaraga yang agamis, yang kehidupan keluarganya amat sederhana, sedangkan ayahnya seorang tokoh agama yakni sebagai penghulu (Baca Sasak : Pengulu).



Nama kecil beliau adalah Muhammad Zainuddin dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin Arsyad setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti nama beliau adalah ayah beliau sendiri, nama itu diambil dari nama ayahnya sendiri karena beliau ditunjuk sebagai penerus perjuangan ayahnya, dan beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Muhammad Arsyad dengan Sakdah, beliau bersaudara kandung delapan orang yaitu (1) Inaq Makenun, (2) H. Khalil, (3) H. Izzuddin, (4) TGH. Muhammad Zainuddin Arsyad, (5) Guru Makenah, (6) Inaq Takrah, (7) Guru Mamnun, dan  (8) Amaq Mulhiyah.
Ayahandanya yang dikenal dengan sebutan panggilan Guru Mu’minah dia adalah seorang muballig terkemuka yang membawa perubahan cukup besar di Desa Mamben Lauk, sedangkan ibundanya seorang yang salehah.

Sebagai seorang anak yang hidup dan tumbuh berkembang secara wajar, sebagaimana layaknya pertumbuhan anak-anak pada umumnya, pergaulan hidupnya di masa usia anak-anak, beliau selalu mencerminkan sifat-sifat yang terpuji, sopan dan santun kepada siapa saja, baik teman sebanya, orang remaja terlebih kepada orang yang lebih tua dari beliau, sehingga banyak yang menyayanginya, dan sikap kepemimpinan beliau telah terlihat dari sejak usianya masih kecil, di samping itupula beliau selalu di bimbing dan didik serta di tempa dengan sikap yang terpuji oleh keluarganya sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama Islam yang di yakininya. Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas, karnanya orang tua beliau memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecintaannya serta kasih sayang yang besar kepada beliau.

Adapun tentang silsilah keturunan beliau tidak bisa dikemukakan lebih terinci atau tidak dapat diuraikan secara utuh dan detail oleh penulis, karena dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran pada tanggal 11 Desember 1980. Dan sesuai pesan orang tua beliau untuk tidak membangga-banggakan diri dalam hal apapun sehingga penulis sangat kesulitan dalam mencari silsilah keturunannya, namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari garis keturunan yang terpandang pada Kerajaan Selaparang, penulis hanya mampu memaparkan dan mengungkap sebagian silsilah keturunan beliau, yakni dari silsilah keturunan Baloq Bone dan Raden Amir yang kerapkali di sebut dengan sebutan Raden Mamben oleh kebanyakan orang, yang makamnya terletak di wilayah Tegaron. Sementara Kerajaan Selaparang merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok yang terletak di Peresak Suela Lombok Timur, dan Kerajaan Seleparang ini berdiri ± Tahun 1357 M (Abad ke 13) nama rajanya yang pernah berkuasa, seperti  : Prabu Mumbul (Hindu Budha), Rangke Sari (Beragama Islam), Pangeran Prapen (Beragama Islam), Datu Seleparang atau Sultan Rinjani (Beragama Islam), dan Raden Mas Syayit beragama Islam. (Sumber : Peta Sejarah Kerajaan di Indonesia)

Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Arsyad didalam perkawinannya dengan Hj. Samhah Mukhtariyah (Almarhumah), beliau sangat menginginkan putra-putranya yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran agama Islam Ahlussunnah wal jamaah melalui Pondok Pesantren Maraqitta’limat yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugerahi 1 orang anak perempuan dan enam orang anak laki-laki, tetapi anak perempuan beliau meninggal di usia balita, sedangkan anak-anaknya diantaranya adalah dr. H.Akmaluddin (Almarhum), Ir. Kamaluddin (Almarhum), Drs.TGH.Hazmi Hamzar, Drs. H.Mukram (Almarhum), H. Mashal SH,MM dan H.Ruhaiman, SE.

1.Sebagai Anak Angkat

Pada usia 4 tahun, beliau di asuh menjadi seorang anak angkat oleh Amaq Ismail (Bapak Angkatnya) dan Inaq Isah (Ibu Angkatnya), karena pada saat itu orang tua angkatnya belum di berikan karunia seorang anak oleh Allah SWT dari perkawinannya, sehingga orang tua angkatnya menganggap beliau sebagai anak kandungnya sendiri, keluarga angkatnya sangat begitu menyayangi dan mengasihinya dengan penuh segala rasa perhatian. Namun walau demikian bagi beliau selaku anak angkat tetap merasa lebih patuh dan hormat kepada orang tua angkatnya sendiri.

Meskipun beliau berada dalam buaian kasih sayang dari asuhan keluarga angkat, lalu tidak serta merta orang tuanya membiarkan beliau tanpa perhatian yang cukup, namun orang tua kandungnya sendiri juga selalu memberikan perhatian akan kasih sayang dan mendidiknya, karena orang tua beliau memiliki rasa tanggung jawab yang besar, sehingga orang tuanya sendiri berperan ganda, di samping sebagai seorang ayah yang menjadi tumpuan hidup dari anak-anaknya, juga sebagai guru beliau, dengan penuh perhatian dan didikan serta kedisiplinan dari ayahnya sehingga beliau terbentuk menjadi seorang yang sangat pandai dan cerdas serta memiliki sifat kejujuran, rendah hati, sopan dan santun, baik budi pekertinya, sehingga semakin nampak jiwa kepimpinannya walau beliau usia masih tergolong relatif muda hingga dalam usia 6 tahun.

Bersambung..........