Oleh Adlan Mamnun : Kebanyakan
beranggapan bahwa ilmu laduni adalah sebentuk ilmu yang datang secara
sendirinya tanpa melalui guru. Hal itu juga dibenarkan oleh penulis akan tetapi
yang lebih tepat penafsiran ilmu laduni adalah bahwa Allah SWT akan memberikan
kefahaman Agama kepada siapa saja yang dikehendakinya baik melalui guru ataupun
melalui alam. Ilmu laduni adalah ilmu yang menghubungkan antara dunia dan alam
gaib. Orang yang belajar atau mempelajari atau mendapatkan ilmu laduni biasanya
akan menjadi wara’ atau menjauh dari sifat keduniaan oleh sebab itu penulis
mengartikan makna Laduni sebagai penolakan terhadap keduniaan. Menolak
keduniaan bukanlah berarti meninggalkannya akan tetapi memahami makna
sebenarnya tentang hakekat dunia ini. Pandangan selalu diarahkan kepada
kebahagiaan akhirat. Jadi ilmu laduni adalah ilmu mengenal alam baik secara
zahir maupun bathin.
والذ ين جا هدوافينا لنهد ينهم سبلنا
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…(Al-Ankabut ; 69)
Apabila
Allah SWT sudah berkehendak maka pasti itu akan terjadi. Dan begitulah sifat
ilmu itu. Semoga Allah melimpahkan Taufiq dan Hidayahnya kepada kita semua
amin.
Ilmu
laduni adalah ilmu tentang ketauhidan dan orang yang mewarisi atau yang dapat
mempelajari ilmu laduni atau memahaminya hanyalah orang yang berilmu dan
bertauhid. Oleh karena itu untuk mendalami ilmu ini mestilah didasari dulu
dengan ilmu-ilmu syari’at (pokok-pokok inti ajaran islam). Sebab ilmu syari’at
atau fiqih adalah ilmu yang bersifat lahiriah, sedangkan ilmu laduni adalah
ilmu yang bersifat ghaib atau bathiniah meliputi Tharikah (jalan mengenal
Allah), Ma’rifah (penyerahan diri) dan Hakikah (rahasia). Semisal kita
melakukan sholat. Gerakan sholat yang meliputi rukun, wajib dan sunnahnya
adalah syari’at. Kewajiban dari perbuatannya adalah ibadah kepada Allah SWT
merupakan Tharikah (jalan kepada Allah). Makna dari perbuatan itu sendiri
seperti siapa yang menyembah dan siapa yang disembah, merupakan suatu hal
yang tersembunyi atau rahasia itulah yang dinamakan Hakikat. Sebab penyembahan
kita itu kepada siapa, apa dan dimana, seperti apa dan kenapa, semua dapat
dikenal dengan ilmu tentang saifat-sifat Allah SWT. Klarifikasinya adalah sebagai
berikut :
1.
Adapun
orang-orang ditingkat syari’at mereka hanya mengenal hukum-hukum Allah SWT.
2.
Adapun
orang-orang ditingkat tharikah hanya mengenal zikir untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
3.
Adapun
orang-orang ditingkat hakikat mengenal tuhan yang disembah.
4.
Adapun
orang-orang ditingkat ma’rifat melihat tuhannya didalam dunia atau didalam alam
ini. Maka takutnya amat sangat kepada-Nya. Sehingga dia merasa bodoh karna
Allahlah yang memiliki ilmu, mereka terlihat gila karena zuhudnya berjalan sebagaimana
takdir dan melepaskan kecintaan kepada dunia.
Saudara-saudaraku
yang inginkan kebenaran dan ketenangan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Ibarat seorang balita yang belum mengerti apa-apa, lalu kita berikan uang
kepadanya sejumlah sepuluh juta, niscaya dia akan menjadikan uang itu untuk
membeli permen atau eskrim yang dia sukai dan memberikan uang itu kepada
sipenjual. Padahal bagi orang yang mengerti tentang manfaat uang tersebut lebih
dapat memanfaatkan uang itu untuk keperluan segala macam. Demikian juga
perumpamaannya pada Sholat. Jika orang yang sudah mengerti ilmu hakekat sholat,
sesungguhnya sholat itu mahal dan tak ternilai harganya, akan tetapi sebaliknya
bagi orang yang kurang ilmu pengetahuannya akan menjadikan sholat hanya sebagai
syarat beragama, hanya memenuhi kewajiban saja. Ketahuilah bahwa sholat itu
merupakan rangkaian ilmu sejak dari mulai bersuci, niat hingga kepada salam
merupakan rangkaian pelajaran yang mestinya kita pelajari. Oleh sebab itu
sholat diwajibkan sejak umur akil baligh.
Jika
kita inginkan kebenaran dan ketenangan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Ibarat seorang balita yang belum mengerti apa-apa, lalu kita berikan uang
kepadanya sejumlah sepuluh juta, niscaya dia akan menjadikan uang itu untuk
membeli permen atau eskrim yang dia sukai dan memberikan uang itu kepada
sipenjual. Padahal bagi orang yang mengerti tentang manfaat uang tersebut lebih
dapat memanfaatkan uang itu untuk keperluan segala macam.
Demikian
juga perumpamaannya pada Sholat, jika orang yang sudah mengerti ilmu hakekat
sholat, sesungguhnya sholat itu mahal dan tak ternilai harganya, akan tetapi
sebaliknya bagi orang yang kurang ilmu pengetahuannya akan menjadikan sholat
hanya sebagai syarat beragama, hanya memenuhi kewajiban saja. Ketahuilah bahwa
sholat itu merupakan rangkaian ilmu sejak dari mulai bersuci, niat hingga
kepada salam merupakan rangkaian pelajaran yang mestinya kita pelajari. Oleh
sebab itu sholat diwajibkan sejak umur akil baligh.
Dalam
kajian ini penulis akan menyusun bahasan ilmu mengenal diri melalui metode
rukun dan wajib sholat, diharapkan bagi pembaca dapat lebih memahami dan
mengerti makna sholat yang sebenarnya.
Rukun
sholat
Sangat
disayangkan kebanyakan diantara kita sehingga dewasa tidak bisa membedakan yang
mana rukun sholat, wajib, dan sunnah. Menurut banyak kitab bahwa rukun sholat
adalah tiga belas, dan menurut ilmu tasyauf barangsiapa yang tidak tau rukun
sholat maka sholatnya tidak sah. Adapun urutannya sebagai berikut :
1. Niat
2. Berdiri tegak
3. Takbiratulihram
4. Membaca surat
Al-Fatihah
5. Ruku’
6. I’tidal (berdiri
dari ruku’ dan tuma’ninah)
7. Sujud
8. Duduk Iftiras
(duduk antara dua sujud)
9. Duduk tahyat
10. Membaca tahyat
11. Salawat
12. Salam
13. Tertib
Setiap
rukun disertai dengan tuma’ninah. Adapun gunanya mengerjakan sholat itu
syari’at dengan rahasianya serta kaipiyat lengkap dengan isinya diberi Allah
SWT.
1.
Niat
mendapat selamat tubuh kita dunia dan akhirat
2.
Berdiri
Meluaskan tempat kita didalam kubur
3.
Takbiratul
ihram Menjadi tikar kita didalam kubur
4.
Alfatihah
Menjadi pakaian kita nanti di alam kubur
5.
Ruku’
Mendapatkan air kalkaustar didalam kubur
6.
I’tidal
Meluaskan pendengaran kita didalam kubur
7.
.Sujud
Segera berjalan dititian syirotol mustaqim
8.
Duduk
iftiras Dapat bernaung dibawah panji-panji Nabi Muhammad
saw dipadang mahsyar
9.
Duduk
Tahyat Menjadi kebesaran kikta nanti dipadang mahsyar menunggu masuk surga
10. Membaca tahyat Untuk menjawab malaikat
nungkar dan nangkir
11. Sholawat Penutup pintu api neraka
jahannam
12. Salam Memasukkan kita didalam surga
dengan gembira ria serta nikmat yang cukup
13. Tertib Pertemuan hamba-Nya dengan
tuhannya yang Esa.
1.NIAT
Sesungguhnya
segala sesuatu perbuatan dihitung berdasarkan niatnya. Tidak berbeda dengan
Solat, hendaklah niat sholat semata-mata karena Allah SWT.Didalam ilmu laduni,
niat merupakan nafas daripada sholat itu sendiri. Yang mengarahkan kita kepada
penyembahan yang sebenar-benarnya yaitu siapa yang menyembah dan siapa yang
disembah. Bisa saja orang melakukan sembahyang akan tetapi penyembahannya
kepada berhala. Seperti kita diwajibkan menghadap kiblat. Hal ini bersifat
lahiriyah yaitu jasad kasar menghadap kiblat akan tetapi hatinya adalah kepada
apa yang disembahnya.
Berbicara
mengenai kiblat hati maka kita berbicara hakekat bathin yang sebenarnya. Pada
dasarnya kiblat syari’at adalah menghadap Baitullah yang berada dimekah sesuai
tuntunan Rasulullah saw. Sebab masjid-masjid juga merupakan rumah Allah akan
tetapi Ka’bah itu yang disyari’atkan sebagai kiblat setelah sebelumnya
berkiblat ke masjidil aqsa sifatnya adalah penyembahan masih kepada mahluk.
Kemudian kiblat batin ada tiga bagian yang Penjelasan
:
Martabad
Wahidiah (asma’Allah SWT) : Murtabad ini adalah murtabad asma’Allah ta’ala dan
ini hakikat Adam as, ini adalah Roh Rohani (nafas kita) inipun tiada kelihatan
oleh pandangan mata kasar kita. Krena Roh Rohani itu berlindung didalam jasad
Adam as, karena Adam as itu adalah tempat segala Rahasia.
Murtabad
Wahdah (Sifat Allah SWT) : Adalah murtabad sifat Allah yaitu hakikat
Muhammad Mujammal lagi maphum yaitu Roh Nabi kita Muhammad saw. Tetapi tidak
nyata pada wujud Harid (nyata) seperti dipandang oleh mata zahir seperti mata
kita ini. Sifatnya adalah Ghaib Shu’un atau tidak nampak sama sekali pada mata
kasar. Murtabat ini nyata didalam hati dan perasaan kita akan tetapi masih
didalam akal semata. Yaiitu martabat ahli Shoufy yang sangat suci, namanya
adalah wujud Mukhdho atau wujud Syarfi dan ujud muthlak atau ‘Ainul-Kaparur dan
khairul Hawiyah dan ghaibul-ghuyub dan Azalul-Azal dan Zatulhaq.
ليس كمسله شيئ وهو الشميع البصير
“Tiada
seperti suatu juapun, dan Dia maha mendengar lagi melihat”
Murtabad
Ahadiah (Zat Allah SWT): Yitu Murtabad Zat Allah SWT yang merupakan hakikat
KunhiZat. Martabad ini tidak didapat oleh semua akal “Arifbillah. Pada martabad
ini semua ‘Aribbillah dan Nabi-nabi, Dan Wali-wali, tidak akan sampai kepada
martabad KunhiZat. Hanya sifat dan asma’nya saja yang menunjukkan kepada
martabat ini.
لاته ركه الا جهرو يدرك الا بصر
“Tiada
didapat sekali-kali dipandang oleh mata dan Ia jua yang mendapatkan segala
pandangan”
1). Kiblat
Hati
Yaitu
menghadapkan hati kebaital makmur, baital makmur adalah langit pertama dari
tujuh lapis langit yang dijelaskan didalam
Al-Qur’an.
Sifatnya
masih kepada mahluk.Saudaraku yang beriman dan bertakwa. Sebelum menciptakan
langit dan bumi, Allah SWT menciptakan tujuh malaikat penjaga langit yang
masing-masing langit dijaga oleh seorang malaikat menurut derajat dan
kegunaanya. Malaikat Hafazah akan membawa amalan hamba kepada Allah SWT
mula-mula harus melewati penjagaan langit pertama, yaitu malaikat penjaga
amalan orang-orang yang suka mengumpat.
Cerita
ini dapat dibaca dalam buku Minhajul Abidin hal 355. Untuk melatih diri dalam
masalah kiblat hati hendaknya didahulukan dengan ilmu pengetahuan tentang
baital makmur itu sendiri kemudian melakukan latihan. Menurut tafsir departemen
agama bahwa baitul makmur adalah ka’bah karena ka’bah selalu mendapat kunjungan
untuk haji, umroh, tawaf dan lain-lain. Atau sebuah rumah dilangit yang ketujuh
yang saban hari dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat. Dari serlisih pendapat
tentang baital makmur itu (yaitu rumah yang dimakmurkan) maka agar lebih
memahami maksud dan maknanya mari kita perhatikan anggapan sebagai berikut :
Selain
itu ka’bah yang ada dimuka bumi ini konon sama dengan “Al-Baital ma’mur” yang
ada dilangit sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ali Ibnu Abbas ra,dalam
tafsirnya atas surat al-Thur ayat 4.(“dan demi baital ma’mur”). Di langit
baital ma’mur konon berada tepat diatas ka’bah, dan kemuliaan dan kesuciannya
sama dengan kemuliaan dan kesucian ka’bah dibumi. Terdapat 70 ribu malaikat
yang mengerjakan sholat setiap hari selamanya. (tafsir Ibnu Katsir 7/407-Al
Sya’b;tafsir Al Quthubi,17/45.(sumber-buku terjemahan sejarah mekkah halaman
95).
Saudara-saudaraku
yang menginginkan kebenaran. Tafsiran para ulama’ memang berbeda meskipun
ada yang sama. Sebagaimana yang sudah penulis sampaikan sebelumnya bahwa kita
dituntut untuk turut memikirkannya dan penafsiran ulama’ dijadikan bahan
masukan karena mereka lebih banyak belajar daripada kita. Baital ma’mur adalah
perkara ghaib akan tetapi haruslah kita mengetahuinya.Batal ma’mur adalah pintu
hati kita yang merupakan gerbang pertama memasuki alam ghaib. Apabila kita
memasukinya maka batallah yang zahir yaitu berkiblat kepada yang zahir seperti
baitullah (ka’bah). Ketahuilah bahwa tiada seseorang yang dapat melihat isi
hati kita melainkan diri kita sendiri. Maka nilailah dengan sempurna apakah
hati kita bebas dari kebendaan atau sifat-sifat keduniaan. Apabila semua sudah
lepas maka masukilah gerbang hati itu yang musuhnya tidak lain hanyalah riya’.
Maka untuk mencapai derajat mi’raj, syaratnya adalah hati yang suci, karena
Allah itu maha suci dan hanya menerima amalan yang suci. Perhatikan sabda
Rasulullah saw sebagai berikut yang penulis kutip dari buku minhadjul abidin
(Wasiat Imam Al Gazali).
Ibnu
Mubarak menceritakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kepada Mu’adz,” Mohon
menceritakan hadits Rasulullah yang engkau hafal dan yang engkau anggap paling
berkesan. Hadits manakah menurut tuan ?”
Jawab
mu’adz, “baiklah, akan aku ceritakan.”
Selanjutnya
sebelum bercerita , beliau menangis. Kemudian kata beliau, “Ehm, Rindu sekali
aku dengan Rasulullah, rasanya ingin segera bertemu.”
Kata
beliau selanjutnya, “Tatkala aku menghadap Rasulullah, beliau menunggang unta
dan menyuruhku agar naik dibelakang beliau.
Kemudian
berangkatlah kami dengan berkendaraan unta itu. Selanjutnya beliau menengadah
kelangit dan bersabda : Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak atas
makhluk-Nya, ya Mu’adz.”
Jawabku,
“Ya sayyidina mursalin.”
Kata
beliau selanjutnya, “Sekarang aku akan mengisahkan suatu cerita kepadamu.
Apabila engkau menghafalnya, akan sanggat berguna bagimu. Tetapi jika engkau
anggap remeh maka kelak dihadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah.
Hai
Mu’adz! Sebelum menciptakan langit dan bumi Allah telah menciptakan tujuh
malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu, dan
setiap langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat dan kegunaannya.
Dengan
demikian, Malaikatlah yang memelihara a,mal si hamba. Kemudian sang pencatat
membawa amalan hamba kelangit dengan kemilau cahaya bak matahari. Sampainya
dilangit yang pertama. Malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi
setibanya pada pintu langit yang pertama, malaikat penjaga pintu berkata kepada
malaikat Hafadzah.
“Tamparkan
amal ini kemuka pemiliknya, aku adalah penjaga orang-orang yang suka mengumpat.
Aku diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Untuk mencapai
langit berikutnya aku tidak mengijinkan ia melewatiku.”
Keesokan
harinya, Kembali malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amal shaleh yang
berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji. Sampai
kelangit kedua (ia lolos dari langit pertama, pemiliknya bukan pengumpat),
penjaga langit kedua berkata,”Berhenti, dan tamparkan amalan itu kemuka
pemiliknya. Sebab ia beramal dengan mengharap dunia. Allah meerintahkan aku
agar amalan ini tidak sampai kelangit berikutnya.”
Maka
para malaikat melaknat orang itu.
Hari
berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amalan seorang
hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang
oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sampai dilangit
ketiga malaikat penjaga berkata :”Brhenti ! tamparkan amal itu kewajah
pemiliknya. Aku malaikat penjaga Kibr (Sombong). Allah memerintahkanku agar
amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak sampai pada langit
berikutnya. Itu karena salahnya sendiri, ia takabbur didalam majlis.”
Singkatnya,
malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amal hamba lainnya. Amalan itu
bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan tasbih,
puasa, sholat, ibadah haji dan umroh. Sampai pada langit keempat, malaikat
penjaga langit berkata:
“Berhenti
! popokkan amal itu kemuka pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga ‘Ujub. Allah
memerintahkanku agar amal ini tidak melewatiku, sebab amalnya selalu disertai
‘ujub.
Kembali
malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amal hamba ytang lain. Amalan itu
sangat baik dan mulia, jihad, ibadah haji, ibadah umroh, sehingga berkilauan
bak matahari. Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan :
Aku
malaikat penjaga sifat hasud. Meskipun amalnya bagus, akantetetapi ia suka
hasud kepada orang lain yang mendapatkan kenikmatan Allah SWT. Berarti ia
membenci yang meridhoi, yakni Allah. Aku diperintahkan agar amalansemacam ini
tidak melewati pintuku.
Lagi
malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amalan seorang hamba. Ia membawa amalan
berupa wudhu’ yang sempurna, sholat yang banyak, puasa, haji, dan umroh. Sampai
dilangit keenam malaikat penjaga berkata :
“Aku
malaikat penjaga rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan kemukanya.
Selama hidupnya ia tidak pernah mengasihani orang lain, bahkan apabila ada
orang ditimpa musibah ia merasa senag. Aku diperintah Allah agar amal ini tidak
melewatiku, dan agar tidak sampai kelangit berikutnya.”
Kembali
malaikat Hafadzah naik kelangit. Dan kali ini adalah langit ketujuh. Ia membawa
amalan yang tak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, sholat,
jihad, dan wara’.Suaranyapun menggeledak bagaikan petir menyambar-nyambar,
cahayanya bak kilat. Tetapi sesampainya pada langit ketujuh, malaikat
penjaga berkata :
“Aku
malaikat penjaga sum’at (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini
menginginkan kietenaran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat tinggi
dikala berkumpul dengan kawan sebaya, ingin mendapatkan pengaruh dari para
pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku dan sampai
kepada yang lain. Sebab ibadah yang tidak Karena Allah adalah riya’. Allah
tidak menerima ibadah orang-orang yang riya’.”
Kemudian
malaikat Hafadzah naik lagi kelangit membawa amal dan ibadah seorang hamba
berupa sholat, puasa, haji, umroh, akhlak mulia, pendiam, suka berzikir kepada
Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai kelangit ketujuh
hingga menembus hijab-hijab dan sampailah dihadapan Allah. Para malaikat itu
berdiri didepan Allah. Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu shahih, dan
diikhlashkan karena Allah.
Kemudian
Allah Berfirman :
Hai,,,Hafadzah,
malaikat pencatat amal hamba-Ku, Akulah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal
bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan
diikhlashkan untuk-KU. Aku lebih mengetahui daripada kalian. Aku laknat mereka
yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat Hafadzah).
Tetapi Aku tidak tertipu olehnya. Aku-lah yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib.
Aku mengetahui segala isi hatinya, dan yang samar tidaklah samar bagi-Ku.
Setiap yang tersembunyi tidak tersembunyi bagi-Ku.
Pengetahuan-Ku
atas segala yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas sesuatu yang
belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas segala yang telah lewat sama dengan yang
akan datang. Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan
pengetahuan-Ku atas orang-orang kemudian.
Aku
lebih mengetahui atas sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana bisa hamba-Ku
menipu dengan amalnya. Bisa mereka menipu sesama makhluk. Tetapi Aku yang
mengetahui hal-hal ghaib. Aku tetap melaknatnya…!
Tujuh
malaikat diantara Tiga ribu malaikat berkata, “Ya Tuhan, dengan demikian
tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.”
Kemudian
semua yang berada dilangit mengucapkan,”Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan
laknatnya orang-orang yang melaknat.”
Syayyidina
Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis tersedu-sedu.
Selanjutnya berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang
baru engkau ceritakan itu ?”
Jawab
Rasulullah, “Hai Mu’adz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan.”
Tanyaku,
(Mu’adz) “Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah Mu’adz bin Jabal.
Bagaimana
aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut ?.”
Berkata
Rasulullah,”Memang begitulah, bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu, maka
jagalah mulutmu jangan sampai menjelekkan orang lain, terutama kepada sesama
ulama.Ingatlah diri sendiri tatkala hendak menjelekkan orang lain, sehingga
sadar bahwa dirimupun penuh aib. Janganlah menutupi kelemahan dan kekuranganmu
dengan menjelekkan orang lain. Janganlah mengorbitkan diri dengan menekan dan
menjatuhkan orang lain. Jangan riya’ dalam beramal, dan jangan mementingkan
dunia dengan mengabaikan akhirat. Jangan bersikap kasar didalam majlis agar
orang takut dengan keburukan akhlakmu. Jangan suka mengungkit-ungkit kebaikan,
dan jangan menghancurkan pribadi orang lain, kelak engkau akan dirobek-robek
oleh anjing jahannam, sebagaimana firman Allah :
والنـاشطات نشطا
“…dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut ….”(An-Nazi’at :
2)
Tanyaku
selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat menanggung penderitaan itu?”
Jawab
Rasulullah saw, “Mu’adz yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang
dimudahkan oleh Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau
menyayangi dirimu. Dan bencilah terhadap apa yang kau benci. Jika demikian
engkau akan selamat.”
Saudaraku
demikianlah yang sebenarnya tentang hakekat amal kita, oleh sebab itu penulis
menyimpulkan makna kiblat adalah I’tikat sehingga I’tikat hati adalah baital
Ma’mur, maksudnya bahwa pandangan hati kita harus suci semata-mata karena Allah
SWT. Mudah-mudahan dengan mencermati hadits diatas akan dapat membuka hati dan
pikiran kita tentang baital Ma’mur.
Sesungguhnya
didalam hati kita terdapat empat bagian tempat. Satu bagian adalah tempat Ilham
dari Allah SWT, satu bagian lagi adalah Tempat bisikan Malaikat, Satu bagian
adalah tempat Nafsu kita Dan satu bagian lagi adalah tempat Bisikan setan yang
bernama waswasakh (dapat dipelajari melalui kajian sifat 20 tentang sifat
kalam). Khusus kepada Rasulullah saw, bagian hati untuk syaitan sudah dibuang
yaitu bahwa malaikat jibril atas perintah Allah SWT telah
membedahnya(membuangnya) pada saat Umur Nabi kira-kira lima tahun, saat yang
kedua yaitu pada saat Nabi akan menerima wahyu pertama digua Hiro’ dan pada
saat terakhir pada saat Nabi Akan Isra’ dan Mi’raz menerima perintah sholat.
Maka senantiasalah kita membersihkan hati dengan menanamkan I’tikad tauhid
melawan setan yang bersembunyi didalam hati kita itu kemudian mengendalikan
hawa nafsu.
Caranya
yaitu melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh hukum-hukum syariat seperti
memperbanyak berzikir dan lain sebagainya.(Bisa dibaca secara deteil dalam
kitab Al-Wafa’ karya Ibnu Jauzi /Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad saw).
a. Pembagian
hati menurut sifatnya
1.Hati Munakkis ialah hati sekalian
orang yang masih kafir
2.Hati Sawiyat yaitu hati sekalian
orang islam yang masih awam
3.Hati Masyfi yaitu hati sekalian
orang Islam yang Mu’min
4.Hati Muridi yaitu hati sekalian
orang islam yang menyerah kepada Allah zahir
dan
batin(fakir)
b.Perkara
pintu Hati
1.’Asyar (ubun-ubun) yaitu nama pintu
hati tempat masuknya Roh
2.Ka’bah (muka) yaitu nama pintu hati
untuk dihadapkan kepada kiblat syari’at
yaitu ka’bah sewaktu kita
sholat
3.Baitul Ma’mur (perut) yaitu pintu hati
tempat rizki
4.Kursyi (Tapak kaki) yaitu nama pintu
hati tempat
berjalan.
2).
Kiblat Nyawa
Yaitu
Arsy tempat Allah bersemayam untuk mengatur segala urusan setelah Dia
menciptakan langit dan bumi. Saudaraku yang bertauhid, jauhkan prasangkaan
lahiriah kita terhadap arsy itu sehingga mengadakan penafsiran yang bukan-bukan
sebagaimana banyak orang memperdebatkannya. Yakinkan bahwa arsy itu bentuk
kekuasaan Allah yang maha Tinggi dan maha luas, sebab setelah bumi tempat
kita berpijak, ada langit yang sangat luas, kemudian adalagi langit yang sangat
luas hingga langit yang ketujuh yang jaraknya adalah perjalanan 500 tahun.
Kemudian diatas langit yang ketujuh adalah samudra dan setelah samudra itu
Arsy. Dapat kita bayangkan secara akal bahwa betapa luasnya samudra itu
senhingga kita dapatkan betapa luas dan besarnya pula arsy itu. Ketahuilah
bahwa kekuasaan Allah itu meliputi langit dan bumi dan alam sejagad. Makna dari
pengetahuan ini adalah betapa kecilnya kita dihadapan Allah SWT. Apabila kita
menilik tentang jasad kasar kita, bahwa kita hanya terpaut oleh bumi dan tidak
mungkin mi’raz kepada Allah SWT. Akan tetapi dengan ilmu pengetahuan tentang
hakekat Nyawa, maka kita akan bisa berhadapan langsung kepada Allah SWT yang
memiliki Arsy.
Nyawa
adalah wujud kekuasaan Allah yang menghidupkan kita. Padamulanya Adam as
(manusia) adalah segumpal tanah kemudian ditiupkan Roh kemudian bergerak
(bernyawa). Sebaliknya apabila kita mati merupakan perpisahan antara Roh dan
Jasad (tanah). Maka hilanglah Nyawa. Jasad kembali kepada tanah, Roh kembali
kepada penciptanya. Allah SWT menurunkan perintah yang pertama Dalam Al-Qur’an
yaitu “Bacalah”,”bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”.
Menciptakan kita dari segumpal tanah, segumpal daging, dari saripati bumi, dari
air yang terpancar dan sebagainya yang pada dasarnya isyarat untuk mempelajari
asal mula kejadian kita.
a.Tingkatan
Nyawa
Adapun
Nyawa tumbuh-tumbuhan itu sama dengan derajadnya tubuh perempuan. Adapun nyawa
perempuan itu sama derajadnya tubuh laki-laki, Adapun nyawa laki-laki itu sama
dengan derajatnya tubuh Nabi Muhammad saw yang kuburnya di Madinah Munawaroh.
Adapun Nyawa Muhammad saw itu sama dengan zat Allah Subhanahuwata’ala.
b.Keterangan
tempat Nyawa kita
Pada
waktu subuh bertempat di tulang tsulbi
Pada waktu Zuhur bertempat diantara
pusat dan tulang belakang
Pada waktu ‘Ashar bertempat pada tulang tengkuk kita
Pada waktu Maghrib Bertempat pada dua alis mata kita
Pada waktu ‘Isya bertempat pada ubun-ubun kepala kita
Pada waktu Witir atau sepertiga malam berada dihati sanubari kita
3).
Kiblat Rahasia
Yaitu
kepada Zat Allah meliputi sekalian. Penjelasannya
bahwa
Zatullah adalah Rahasia yang tersembunyi yang tidak serupa
dengan mahluk, tidak berbentuk, tidak berupa, tidak bersuara,
tidak berwarna tidak bernama dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengaNya.
perhatikan murtabad Ahadiah. Adapun didalam niat itu hadir yang satu
yaitu Allah SWT ( Roh Idhofi) Dialah sebenar-benar Allah SWT (zat yang kita
sembah). Adapun Roh Idhofi itu adalah nyawa kita atau roh Makhdar yaitu nyawa
alam ini dan juga biasa disebut ‘Adam Mokhdar, ini juga yang disebut
Hawa, inilah yang bernama Nur Muhammad dan Hakikat bagi manusia. Dialah yang
awal dan yang ahir, yang Zahir, dan yang batin, sesungguhnya Dia meliputi
segala sesuatu.
Hakikat
Ahli sunnah wal jama’ah, adalah perhimpunan hamba dengan tuhannya. Kodrat dari Allah
SWT, dan usaha dari hamba.
وما مندا به الا هوا اخز بنا صيتها
“Dan
siapapun yang berjalan diatas bumi ini melainkan Ia juga yang memegang
tali rambut diatas ubun-ubun mereka itu”.
Fahamkan
oleh saudara-saudaraku bahwa Dialah Allah SWT, yang memegang kunci kehidupan
kita yaitu (Nyawa).
Niat
bukanlah suatu bacaan didalam hati dan bukan perbuatan hati. Akan tetapi niat
adalah e’tikat perbuatan, kehendak dan keinginan yang dihadirkan dalam hati.
Ada yang memasang niat dengan bacaan “Sahaja aku sholat fardhu zuhur empat
rakaat tunai karena Allah Ta’ala”.bahkan mengeraskan suara. Hal ini menyalahi
hakekat niat itu sendiri. Ini merupakan penjahiran kata saja. Bukan niat
seperti yang dimaksud penulis dalam bahasan ini.
Cukup
e’tikatkan bahwa kita akan melakukan apa (misalnya sholat fardhu zuhur)
kemudian hadirkan keEsaan Allah SWT .Niat yang sebenarnya sudah tercatat sejak
kita teringat akan waktu untuk mengerjakan sholat, hingga kita bergegas, hingga
kita berwudhu’ dan rakaanya sudah ma’ruf empat (untuk waktu zuhur) sesuai
dengan tuntunan Nabi.
Kesimpulannya
bahwa niat itu adalah rukun sholat, sedangkan melafazkannya bukan termasuk
rukun.
2.
BERDIRI TEGAK.
Apabila niat itu merupakan nafas bagi
sholat, maka berdiri tegak merupakan kaki sholat. Perlu diingat bahwa
berdiri tegak adalah termasuk rukun sholat, dan apa yang sudah menjadi rukun,
artinya tidak boleh ditinggalkan akibatnya dapat membatalkan sholat.
Memang agak sulit memahami bahwa
berdiri adalah merupakan rukun yang berarti suatu unsur yang tidak boleh
ditinggalkan. Sebab penulis mendapatkan hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairoh, Dia berkata, “Saya masuk kerumah Rasulullah saw, pada
saat itu, beliau sholat dengan cara duduk. Lalu saya bertanya, “Ada apa
gerangan dengan engkau, wahai Rasulullah? “Beliau menjawab, “Saya Lapar.”
Mendengar jawaban itu, serta merta
saya menangis. Beliau lantas berkata “Jangan menangis wahai Abu Hurairoh,
sesungguhnya kelaparan di hari Kiamat tidak akan sama dengan kelaparan yang
dialami oleh manusia ketika didunia”.(kitab Al-Wafa Ibnu Jauzi hal-419)
Namun penulis tidak mendapatkan
penjelasan lanjut, apakah Beliau Rasulullah melakukan sholat dengan cara duduk
itu apakah pada sholat sunnat atau pada sholat Fardlu. Akan tetapi sehubungan
pada waktu itu Beliau (Rasulullah ) berada dirumah berarti Beliau sedang
mengerjakan sholat sunnat. Terus terang mengenai boleh atau tidaknya
sholat dengan duduk menurut kesepakatan ulama adalah sesuai sebab tertentu
berhubung Allah tidak akan memberatkan hambanya. Dan ini bertentangan dengan
kedudukan “Berdiri” itu sendiri sebagai Rukun.
Dasar pemikiran penulius adalah Sunnah
Nabi yang tedapat Pada kitab Al-Wafa karya Ibnu Jauzi tentang sholat
rasulullah. Bahwa Abdullah bin Al-Qosim , dia berkata, dia duduk bersama Abdurrahman
bin Abza. Abdurrahman berkata. Maukah kalian jika saya menjelaskan kepada
kalian tentang sholat Rasulullah saw?, Kami menjawab, Tentu. “Kemudian ia
langsung bertakbir, kemudian membaca surat Al-fatihah dan ayat Al-Qur’an, lalu
ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua dengkulnya hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, lalu bangun hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, kemudian sujut hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, lalu berdiri. Kemudian pada
rakaat kedua beliau melakukan gerakan yang sama seperti yang dilakukan pada
rakaat pertama. Kemudian dia(Abdurrahman) berkata begitulah tata cara sholat
Rasulullah” (HR.Ad-Darimi).
Dasar pemikiran disini adalah
kesempurnaan posisi sholat yaitu menempatkan tulang-tulang pada posisi nya
dengan sempurna. Dan pada kalimat terakhir (Perkataan Abdurrahman) “Lalu dia
berdiri”.
Suatu sifat yang bertentangan dengan
itu adalah segala sesuatu alasan yang sangat kuat misalnya seseorang itu
betul-betul tidak bisa berdiri. Sakit berat, lumpuh, tidak mempunyai kaki dan
sebagainya.
Pandangan secara lahiriah. Berdiri itu
mengandung faedah yang banyak dari segala pandangan lahir. Ketahuilah
bahwa didalam keseluruhan gerakan sholat meliputi posisi berdiri,
setengah berdiri (ruku’), duduk, sujud. Apabila kita duduk atau tidak
berdiri berarti tidak juga ruku’. Selainnya adalah meluruskan tulang-tulang
pada posisi sempurna.
Pandangan isyarat ilmunya. “Berdiri”
merupakan puncak atau pertengahan antara kelahiran kita dan kematian. Perintah
agar kita menyadari bahwa saat kita berdiri pandangan kita adalah kepada
kematian sehingga tiada kesombongan dalam perjalanan hidup ini.
Renungkan dan fikirkan secara akal
yang sehat. Bahwa pada saat keluar bayi dari rahim ibu umumnya
adalah dalam keadaan bersujud, kemudian tahap kedua kita bisa duduk, lalu
merangkak lalu berjalan tertatih-tatih dan akhirnya mampu berdiri.
Dan pada saat aqil baligh kita sudah
mantap berdiri dengan fikiran mapan (akal sempurna) sebagai seorang yang siap
menjalani hidup. Saat itu kita terima kewajiban sholat. Yaitu setelah berdiri
dengan seluruh anggota badan menghadap kepada satu arah yaitu kiblat.
Seterusnya kita melirik kepada ruku’ yaitu masa kita akan tua dan bungkuk akan
tetapi kita harus tetap berdiri lagi karna tanggung jawab, kemudian melirik
kepada sujud dengan posisi kepala serendah-rendahnya.
Adalah isyarat kita akan dikubur
(mati). Pandangan selalu kepada asal penciptaan semula, lalu duduk tahyat
sebagaimana riwayat Isra’ dan Mi’raz Nabi Muhammad menerima perintah
sholat itu sendiri dan akhirnya memberi salam (kekanan).kepada penghuni surga,
dan memberi salam (keiri) sadar kita masih berada didunia.
Bahwa
Berdiri sempurna itu adalah bentuk dari pandangan isyarat batin dan bacaannya
lebih jelasnya kajilah bacaan, yaitu pes- Esaan terhadap Allah SWT, bahwa kita
adalah mahluk dalam bentuk yang sempurna (Kedua kaki, dua lutut, kedua lengan,
dahi), bagian tubuh, yang do’a-do’anya memiliki tujuh titik kekuatan yang
mengarah kelangit seperti anak panah.
Isyarat bathinnya meliputi
kesempurnaan bahwa Allah menciptakan kita dalam bentuk yang sangat sempurna,
baik dari bentuk tubuh, ruas-ruas tulang dan tingkat keseimbangannya. Bedalah
antara manusia itu dengan binatang. Bahwa manusia
dapat berdiri dengan tegak dengan
menghadapkan seluruh wajah kearah kiblat baik zahir maupun batin.
Isyarat Rahasia.sesungguhnya seluruh
anggota tubuh merupakan rahasia daripada alam ini. Meliputi rahasia tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi.
Adapun tujuh lapis bumi merupakan
tulang, daging, darah, otak, urat dan lemek. Adapun tujuh lapis langit meliputi
Roh kudus, Roh Idhopi, Rohani, Roh Hewani, Roh Hayawani, Roh Nabati, Roh
Jamadi. Kesmuanya terangkai dengan rapi menjadi bentuk kalimat Tauhid .(لااله الاالله) pembahasannya akan penulis uraikan
lebih jauh pada bab selanjutnya.
3.TAKBIRATUL
IHRAM
Takbiratul ihram adalah permulaan
mi’raz.
Makna sebenarnya adalah penyerahan
diri kepada Allah SWT. Menyatu dengan kebesaran-Nya dan keesaanya semata.
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah SWT. Sbenar-benarnya Tuhan adalah Dia yang tiada bisa kita
melihat-Nya, merasakannya bahkan kita tidak mampu mengenal-Nya. Tiada sesuatu
apapun yang dapat diumpamakan terhadap-Nya. Hakekat putus kepada pengenalan
cahayanya yang suci dan sifat-sifat yang hak bagi-Nya saja. Meski lautan
dijadikan tinta, ranting-ranting dijadikan pena dan daun-daun dijadikan kertas
tempat menulisnya, maka tidak akan mampu menuliskan betapa besar karunia dan
nikmat Allah itu, padahal karunia dan nikmat-Nya itu adalah bentuk
penjahiran-Nya (bentuk ciptaan-Nya). Dan dimanapun kamu menghadap maka
disitulah kita melihat-Nya. Betapa luas kekuasaa-Nya yaitu meliputi segala
sesuatu baik yang zahir maupun yang batin.
Awal permulaan Khusu’ kita dalam
sembahyang, letaknya adalah pada takbiratul ikhram. Pujinya adalah Allah Maha
Besar. Satukan diri dengan alam dengan hakekat batin, tanggalkanlah setiap
penyembahan kepada sesuatu, sebab tiada apa-apa yang bisa kita sembah sebab
segala sesuatu yang kita dizahirkan baik secara lahir maupun batin bukanlah Dia
yamg sebenar-benarnya. Tuhan tidak serupa dengan sesuatu apapun.
Hakekat sholat adalah penyatuan. Yaitu
antara hamba dan Nurnya, kemudian antara Nurnya dan Zatnya dan antara zatnya
dan zatnya, kemudian hingga tiada sesuatu antara keduanya. Fahamkanlah hal ini
dengan sebenar-benarnya.
Saudaraku yang memahami ilmu. Bermula
daripada menyempurnakan niat, lalu kemudian berdiri tegak dengan sempurna, suci
zahir dan batin, lalu kemudian menarik nafas kemudian mengangkat takbir dengan
kalimat الله, ,(tanpa mengartikan maknanya karna itu adalah nama),
berhentinya nafas (antara nafas masuk dan nafas keluar), satukan diri dengan
kehampaan, tiada ada rupa, warna, rasa, nama dan segala bentuk penzahiran,
teruskan kalimat اكبر (tanpa mengartikan maknanya karna itu adalah suatu sifat),
dengan sesempurna mungkin.
Dengan demikian sempurnalah
penyembahan, sempurnalah puji-pujian, sempurnalah Ketauhidan. Yaitu bermula
dari (Kita sebagai khalifah dimuka bumi) menyembah sang pencipta (tidak
aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaku),
Kekuasaan pencipta menyembah pencipta (Tiada daya dan upaya melainkan kekuatan
Allah semata), Pencipta kepada zat.(Didalam diri manusia itu ada Nur Muhammad,
dan Nur Muhammad itu adalah Zat Allah).Zat kepada Zat (Segala sesuatu berasal
dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah). Sampai disini jelaslah kita
kepada pemahaman ketauhidan itu yaitu Esa segala sesuatu.
Adapun perasaan kita dalam berdiri itu
adalah didalam Jalalullah bertempat dialam nasut. Terhimpunlah sifat Ujud,
Qidam, Baqa’, Muhallafatulilhawadisy, Qiyamuhu binafsih.
4.MEMBACA
SURAT AL-FATIHAH
Adapun “Puji” segala puji bagi Allah
Tuhan seru sekalian alam, meliputi puji-pujian antara mahluk dan penciptanya,
antara mahluk sesama mahluk, antara pencipta dengan ciptaanya, dan antara
pencipta dengan dirinya sendiri, ini yang dimaksudkan dengan segala puji.
Saudaraku hendaklah kita memahami dulu makna kata puji, terpuji, dipuji,dan
memuji dalam makna yang sebenarnya.
Dalam bahasa kalimat ini hanya untuk
sesuatu yang sangat berharga dan sangat kita sanjung, kagumi dan sebagainya,
oleh sebab itu untuk dapat memuji Allah dengan debenar-benarnya kita tidak akan
mampu mencapai derajat yang tertinggi dari puji-pujian itu melainkan bila kita
diberikan ilham. Kendati demikian tingginya ilham Allah itu, masih juga tidak
dapat menyamakan dengan keadaan Zat yang sebenarnya. Maka daripada itu pujian
kita adalah kepada sifat derajat kasih dan sayang Allah SWT sejauh mana yang
kita kenal. Perhatikanlah kisah penciptaan NabiAllah Adam as..Akan kita bahas
lebih lanjut pada bab selanjutnya.kalimat pertama yang diajarkan Allah adalah
Alhamdulillah yaitu sewaktu roh Allah sampai kepada hidung yang membuat adam
bersin, lalu Allah membalas pujian adam as dengan kalimat yarhamkallah. “Maha”pemurah
lagi maha penyayang, yaitu menjadikan Tuhan yang kita maksudkan adalah Tuhan
yang “maha”. Maha dari segala-galanya, tiada yang dapat menandingi-Nya dari
segala sifat apapun. Maha pengasih lagi maha penyayang yaitu sifat tertinggi,
maka fikirkanlah dengan sebenar-benarnya, tentang makna pengasih, penyayang.
Bagaiman kita bisa ingkar terhadap Kasih dan sayang Allah yang telah memberikan
nikmatnya terus menerus, tidak akan ada sesuatu apapun selain daripada Dia yang
memiliki segala sersuatu yang dapat memberikan kenikmatan terus-menerus tiada
henti kepada sekalian alam, melainkan Dia Maha kaya dan tidak berkurang
sedikitpun kekayaan-Nya, Dan tiadapula merasa rugi, akan tetapi, kitalah yang
tidak mau memikirkan dan mensyukuri nikmat Allah, bacalah kisah Nabi Allah Daud
as. “Raja” atau “Penguasa” atau “kekal”, Yang menguasai hari pembalasan, Hari
pembalasan adalah hari dimana manusia dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan
segala amal perbuatannya selama hidup didunia. Setelah Allah memberikan
nikmatnya kepada kita baik langsung ataupun melalui perantara, dengan kasih
sayangnya, maka pada hari itu akan kelihatan siapa yang benar-benar bersyukur
dan tidak menjadikan kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya, untuk
berpoya-poya dan bermegah-megahan didunia.
Dan Allah benar-benar akan memberikan
balasan. Sejauhmanapun kemegahan didunia ini seperti kemegahan seorang raja
yang disanjung dan dihormati, tidak akan menjadi apa-apa dihadapan Allah, dan
dihari pembalasan Allahlah Raja dari semua raja didunia itu, Dan Allah Maha kekal
kerajaan-Nya. Kerajaan termegah didunia adalah kemegahan yang diberikan Allah
kepada Nabi Sulaiman as, merupakan gambaran betapa Nabi Allah Sulaiman telah
memerintah didunia kepada alam.
Akan tetapi Nabi Allah sulaiman as
tidak mengingkari nikmat Allah itu, dan Allah memasukkannya kedalam golongan
orang-orang yang shaleh dan dirahmati. Kejelasannya akan kita bahas pada bab
selanjutnya.
Keempat ayat diatas adalah
merupakan gambaran bagi manusia untuk dipelajari betapa Allah itu Maha pengasih
lagi maha penyayang, yang memiliki segala puju-pujian yang maha tinggi, yang
tidak pernah-putus-putusnya memberikan kasih sayang-nya tanpa ada kerugian,
Merupakan gambaran sifat kekuasaan Allah yang memiliki alam ini untuk
manusia.akan tetapi pelajaran terpenting adalah bahwa kita mesti sadar, semua
itu hanya cobaan bagi kita, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban atas
segala perbuatan kita atas nikmat-Nya yang diberikan, dan Dialah penguasa-yang
sebenar-benar penguasa. Dan Dia memiliki kenikmatan yang tiada putus yang akan
diberikan kepada siapa saja yang bersyukur.Dialah yang memiliki kerajaan Dunia
dan Kerajaan Akhirat.
“Hanya” kepada Engkau kami menyembah
dan Hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Hannya artinya tidak kepada
yang lain, penyembahan hanya kepada Tuhan yang digambarkan pada ayat 1 sampai
dengan ayat 4. Menyembah kepada yang ghaib yang tidak serupa dengan mahluk,yang
maha pengasih lagi maha penyayang, yang memiliki segala puji-pujian tertinggi,
yang memberikan kasih sayang kepada kita juga kepada alam semesta tida henti
dan tiada merasa rugi. Dan Hanya kepada Dialah yang memiliki hari pembalasan
satu-satunya tempat kita meminta pertolongan. Apabila kita meminta pertolongan
kepada selain daripada Dia, niscaya dihari pembalasan tiada dapat menolong kita
lagi. Gambaran ayat ini adalah pengEsaan Allah dari segala bentuk penyembahan
dan bentuk penyerahan diri, sebagaimana penyembahan dan penyerahan diri Nabi
Allah Ibrahim as kepada Tuhannya. Akan kita bahas nanti pada bab selanjutnya.
“Tunjukilah” kami jalan yang lurus,
Artinya setelah keyakinan bahwa kepada Allah saja kita memohon pertolongan,
maka bentuk pertolongan itu hanyalah “petunjuk”. Maksudnya petunjuk kepada
jalan yang lurus. Yaitu ketauhidan. Dan jalan penyerahan diri (juhud) kepada
Allah SWT tuhan seru sekalian alam. Lihat Al-Qur-an surat Al-an’am ayat 71-72.
Petunjuk adalah kalam. Atau bisa dikatakan hidayah, atau terbukanya hati dan
pemahaman terhadap nikmat dan kekuasaan Allah tanpa keraguan, seperti petunjuk
orang-orang yang telah dianugerahi petunjuk ketauhidan yang tidak merugi dunia
dan akhirat. Saudaraku, nikmat tertinggi dalam ketauhidan adalah dapat mengenal
tuhan.
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahi nikmat kepada mereka ; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan pula jalan mereka yang sesat. Makna ayat ini adalah satu yaitu jalan
kepada Allah, seperti jalan orang-orang saleh. Sesungguhnya Allah sudah
menciptakan dua jalan yang mendaki dan sukar, diantaranya adalah jalan kebaikan
(jalan Kanan), dan jalan kekufuran (jalan kiri). Kedua-duanya sukar dan
kita menginginkan jalan yang kanan (jalan kebaikan). Akan tetapi kehidupan dan
nafsu seslalu menyertai kita dan bisikan setan selalu mengincar kelemahan kita,
sehingga terkadang kita tidak dapat membedakan jalan yang mana yang
sebenar-benar jalan yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT. Maka dari itu surat
ini dibaca setiap hari dalam sembahyang. Agar setiap waktu petunjuk datang
dalam langkah kehidupan kita. Agar diketahui bahwa sebenar-benar petunjuk itu
yaitu kita disuruh agar menyerahkan diri kepada tuhan semesta alam. Termasuk
didalamnya bersyukur, bersabar dan bertawakkal.
Saudaraku yang menginginkan petunjuk
kepada jalan yang lurus. Amat tidak logis dan terkesan main-main bila setiap
hari kita mohon petunjuk akan tetapi permohonan kepada siapa ? kita tidak
mengatahuinya. Dan jikalau Allah memberikan petunjukk-Nya sementara kita tidak
dapat mengenal petunjuk itu. Oleh sebab itu masuklah kedalam agama islam
sepenuhnya, dengan hati baik zahir maupun batin. Inilah makna syari’at
sembahyang itu yang mewajibkan kita untuk melakukannya setiap lima waktu, agar
kita mempelajarinya. Sedangkan hakekatnya adalah menjalankan petunjuk itu
sendiri, yaitu menyerahkan diri kepada Allah tuhan semesta Alam.
Biasanya orang yang benar-benar
mempelajari isi kandungan suratulfatihah ini tidak akan cukup tiga tahun bahkan
lebih, karena Ia merupakan kerangka dasar dari seluruh isi Al-Qur’an yang
mengandung makna ketauhidan. Berbeda dengan orang-orang yang diberi hidayah
kefahaman, hal ini akan menjadi mudah baginya karena Allah yang
memudahkannya.Dan amat merugi orang-orang yang tertutup hatinya. Pada bab
selanjutnya akan penulis uraikan tentang makna-makna ayat-ayat dan huruf-huruf
didalam Suratul Fatihah ini, mudah-mudahan dapat dijadikan bahan berfikir untuk
menetapkan keyakinan terhadap keEsaan Allah yang sebenar-benarnya.
5.RUKU'
Ruku’ adalah perbuatan didalam sholat
setelah rukun membaca suratul fatihah. Pujinya adalah “Maha Suci Allah Yang
Maha Agung”. Adapun secara Hakikat, Ruku’ itu merupakan telinga daripada
sholat, secara syari’at bahwa hamba memuji dan Tuhan mendengar Pujian
hamba. Maka kajilah bacaan-bacaannya niscaya akan lebih mudah memahaminya.
Rukuk artinya tunduk. Menurut tafsir
departemen agama bahwa rukuk itu adalah tunduk kepada perintah Allah, adapun
perintah ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ yaitu sholat berjamaah.
Perhatikan ayat Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 43, yang berbunyi “Dan
dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang
ruku’
Lihat pula ayat lain diantaranya surat
2/115, surat 3/43, surat 9/112, surat 22/26, surat 48/29, surat 77/48,
yang dengan demikian dapat memperjelas makna ruku’ yang sebenarnya.
Didalam sholat ruku’ yaitu merupakan
gerakan dalam solat dengan posisi membungkuk, tangan diletakkan diatas kedua
lutut, sehingga posisi pantat dan kepala sejajar. Sesungguhnya itu merupakan
isyarat bahwa kitra mesti bekerja keras didalam dunia dengan hati selalu
mengingat Allah swt dan tidak berpecah belah. Seperti dalam surat 48 ayat 29,
kekuatan islam adalah kepada kecintaannya terhadap sesama, dan itu modal utama
kemenangan umat islam. Kesempurnaan sholat yaitu terutama kepada ruku’ yaitu
pada hasilnya, yaitu seseorang itu mencintai sesama dan tidak ada yang dapat
disombongkan karena kepala dan pantat sama tingginya, sedangkan penglihatan
hanya kepada kematian dengan isyarat mata menghadap kebumi tempat kita akan
dikubur, sehingga puji-pujiannya hanya kepada Allah yang maha agung tempat
bergantung segala yang agung, dan yakin Allah itu maha mendengar siapa saja
yang memujinya.
Kesimpulannya bahwa kita diperintahkan
untuk menyembah kepada Allah saja Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
sebagaimana hakekat membaca suratulfatihah, jalannya adalah dengan berzakat
yaitu menjauhkan diri dari sifat kecintaan terhadap dunia dengan mengasihi
sesama, mensucikan diri dengan memberikan hak-hak orang lain serta menjauhkan
diri dari memakan dan meminum barang yang haram (Hakekat Allah maha suci), dan
tidak berpecah belah.
6.BERDIRI
DARI RUKU’DAN I’TIDAL
Rahasianya adalah meluaskan pandangan
kita nanti didalam kubur. Saudaraku, setelah kita mengalami fase kematian,
yaitu batas paling akhir dari kehidupan kita didunia, yang juga merupakan putusnya
segala aktivitas keduniaan termasuk amal perbuatan. Kecuali tiga perkara yaitu
sedekah kebaikan yang ikhlas yang masih mengandung manfaat bagi manusia yang
masih hidup, maupun kepada mahluk lain atau terhadap alam ini baik berupa
harta, ilmu, atau nasehat atau keberhasilan dalam memelihara amanah Allah
seperti anak dan sebagainya.
Seblebihnya adalah berkah dari Allah
SWT. Kemudian setelah kita mati, kita akan dibangkitkan. Inilah yang dinamakan
bangun dari ruku, pujinya adalah “Tuhanku, kepada-Mu aku bersyukur, dari
terhamparnya langit dan luasnya bumi, dan dari segala apa yang aku pinta,dari
segala sesuatu setelahnya”. Melihat do’a dan pujian serta ungkapan rasa syukur
yang diajarkan Nabi ini, sudah jelas bahwa selama hidup kita didunia, Allah
telah berikan nikmatnya kepada kita melalui lagit dan melalui bumi tanpa harus
kita pinta, kemudian Allah berikan juga sebagian dari yang kita pinta. Kemudian
setelah mati, Allah masih lagi memberikan nikmatnya berupa hadiah rasa syukur
kita ibarat tandan pisang yang tak berhenti berbuah, yaitu amal yang
berkepanjangan, sehingga kita dibangkitkan dipadang mahsyar.
Yaitu menghadap kepada yang menguasai
hari pembalasan. Agar difahami, bahwa keadaan ini yang ditakutkan oleh
orang-orang yang sudah mengerti sehingga mereka menambah sunnahnya dengan kunut
yang pada hakekatnya bahwa, kehidupan didunia ini tidak lain adalah peperangan
yaitu melawan hawa nafsu, dipadang mahsyar itu kita menerima hasilnya baik
berupa kemenangan atau kekalahan. Semoga Allah menempatkan kita dalam barisan
orang-orang yang beruntung. Penjelasan lebih lanjut akan saya uraikan pada bab
berikutnya.
7.SUJUD
Secara zahiriah, sujud adalah bentuk
dari penghambaan diri yang paling sempurna, secara bahasa saja bahwa sujud
yaitu ungkapan dari perasaan ta’at, tunduk patuh dan pasrah. Dan dalam
hakekatnya bahwa sujud itu mengandung makna kedekatan kita kepada fitrah yang
sebenarnya yaitu dekatnya kita kepada asal mula penciptaan kita, dimana ketujuh
titik sholat berada pada garis yang sama dan menempel pada bumi tempat kita
berpijak. Sesungguhnya bumi itu adalah ibu kita, dan langit adalah bapak kita
(peristilahan). Tanah adalah sarang dan langit adalah pandangan. Rahim ibu itu
adalah sarang air mani, rahim itu tempat segala sumber makanan begitulah juga
bumi. Langit adalah segala tempat pandangan yang tiada batas dan penaklukkan.
Dan dilangitlah tempat berkumpulnya segala roh. Jadi makna sujud adalah
kedekatan kita kepada Allah sehingga disegerakan kita dalam hisab yang
diistilahkan bahwa sujud itu segera berjalan dititian sirotol mustaqim.
Hakekat salam kanan adalah gambaran
diri manusia, bahwa sesungguhnya manusia itu tidak ubahnya nabi Muhammad saw,
dijadikan Allah SWT sebagai Khalifah dimuka bumi yang berkewajiban yang sama,
dengan kudrat yang sama pula. Yaitu lahir dan mati, berdosa dan beribadah,
lapar dan haus, sama mempunyai nafsu. Dan sebagainya. Inilah hakikat jasad nabi
kita muhammad, dan ini juga hakikat penciptaan manusia dalam bentuk yang
sempurna. Yaitu sejak penciptaan kali pertama berbentuk nama, dan berbentuk
cahaya yang tertulis di tiang arsy yaitu nur Muhammad, dan zahir kedunia dalam
bentuk nyata. Dan perhatikan pula tentang kelahiran kita dan lihat pula
Al-Qur’an surat At-Thariq ayat ; 5 – 12 ), agar memperjelas
pemahaman, dan perhatikan pula Al-Qur’an surat Al-Mu’minuun ayat 12
- 22).
Saudaraku, sesungguhnya sirotol
mustaqim itu adalah dunia ini, dunia yang fana ini, maka berjalanlah dimuka
bumi ini dengan merendahkan diri dan tunduk patuh kepada Allah semata, inilah
jalan yang lurus, janganlah durhaka dan berbuat zalim diatas muka bumi ini,
sesungguhnya bumi ini adalah ibu kita, yang suatu saat kita akan berpisah
seperti putusnya tali pusat waktu kita dilahirkan. Akan penulis uraikan pada bab
selanjutnya.bacalah (Al-Qur’an 16 : 49 ).
8.DUDUK
ANTARA DUA SUJUD
Yaitu duduklah kita dbawah panji-panji
nabi nanti dipadang mahsyar. Sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan akan
datangnya hari berbangkit. Saudaraku, setelah manusia itu dilahirkan kedunia
yang fana ini, lalu dibebankan dengan berbagaimacam perintah dan larangan, maka
manusia itu akan dimatikan. Apabila sujud adalah merupakan hakekat ilmu tentang
asal mula kejadian, maka duduk iftiras adalah hakekat ilmu tentang kebangkitan.
Maka akan tenang dan amanlah bagi orang yang mendirikan sholat sehingga
mendapatkan tempat bernaung (barisan terbesar) pada hari dia dibangkitkan.
Tempat bernaungnya adalah panji-panji Rasulullah Saw.
Saudaraku, marilah kita melihat bahwa
sesungguhnya duduk iftiras berada diantara dua sujud. Sujud yang pertama adalah
kembalinya manusia kepada asal mula penciptaannya. Sedangkan sujud yang kedua
adalah kembalinya manusia kepada penciptanya, yaitu berjumpa tuhannya dan
memberi salam kepada penghuni syurga. Jadi duduk iftiras adalah perantara
sebenar-benar perantara yaitu antara dua persaksian antara awal kejadian dan
akhir kesudahan. Akan penulis jelaskan lebih terperinci pada bab berikutnya.
9.DUDUK
TASYAHUT (DUDUK TAHYAT)
Marilah kita memperhatikan sejarah
isra’ dan mi’raz nabi kita Muhammad saw. Dengan demikia maka akan jelaslah
hakekat ilmu atau makna sebenar-benarnya tentang rukun duduk tahyat dan membaca
tahyat.
Saudaraku yang tidak henti-hentinya
menuntut ilmu dan berjihad mencari keredhoan Allah SWT, Hakikat sebenarnya
untuk apa kita menuntut ilmu dan beribadah adalah rahasia ilmu yang tersembunyi
didalam rukun kesembilan ini. Yaitu mendapatkan kebesaran dan rahmat Allah
dipadang mahsyar. Rukun kesembilan ini mewakili empat rukun lainnya, yaitu
membaca do’a tahyat, membaca syahadat, bersalawat, dan salam. Dan perhatikanlah
bahwa keempat rukun itu adalah simbol-simbol kalimah tauhid.
Baiklah, perlu rasanya diceritakan
tentang peristiwa dilangit pada saat perintah sholat itu diturunkan. Bahwa
Rasulullah pada malam kemuliaan telah mi’raz ke sidhratul muntaha. Dan berjumpa
dengan tuhan yang menciptakannya (mohon ikuti saja cerita ini dan jauhkan
penafsiran yang bukan-bukan, sebab cerita ini adalah ungkapan suatu kejadian,
sedangkan hakikat kejadian yang sebenarnya akan dibahas pada bab berikutnya).
Dan Rasulullah mengucapkan segala
macam ucapan selamat, berkah, kebahagiaan dan kebaikan kepada Allah SWT,
dan Allah bersalawat kepada Nabi Muhammad, kemudian Nabi bersalawat pula
atas dirinya dan ummatnya. Dan peristiwa ini disaksikan oleh jibril as,
kemudian malaikat jibril mengucapkan dua kalimah syahadat.
Dan kemudian bersalawat pula. Dengan
cerita ini maka terlihat ada empat unsur bagian didalam cerita penciptaan alam
semesta ini. Yaitu Adanya Tuhan, Adanya manusia, adanya utusan (nabi Muhammad),
adanya saksi (malaikat jibri as). Dan barangsiapa yang memahami ilmu dan
hakekat peristiwa ini, maka mudahlah ia menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat
nungkar dan nangkir sehingga tertutuplah baginya pintu api neraka jahannam. Dan
kemudian berbahagialah ia seraya mengucapkan salam kepada penghuni-penghuni
surga. Akan dibahas pada bab selanjutnya.
10.MEMBACA
TAHYAT
Selain sebagai isyarat ilmu dalam
rangka mengenal peristiwa besar isra’ dan mi’raz Nabi Muhammad saw, Juga
sebagai isyarat ketauhidan untuk memudahkan menjawab pertanyaan nungkar dan
nangkir didalam kubur.
11.
SALAWAT
Sesungguhnya Allah dan para malaikat
bersalawat atas nabi, maka kita diwajibkan bersalawat atasnNya pula (Al-Qur’an
surat 33/56), maka dengan ini kita kenal hakekat salawat yang sebenarnya
sehingga tertutuplah pintu-pintu jahannam itu. Dan oleh sebab itulah salawat
menjadi amalan yang langsung kepada Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad itu adalah
utusan yang telah meminta syafaat untuk ummatnya. Dan sesungguhnya permohonan
syafaat itu sudahpun di pohonkan dan sudahpun dikabulkan dan sudahpun
disaksikan. Yaitu syafaat bagi sekalian hamba-hamba Allah yang sholeh.
12.SALAM
Salam yang menjadi rukun didalam
sholat ini adalah salam kepada penghuni-penghuni surga, dan mereka
penghuni-penghuni surga juga memberi salam. Maka masukilah surga itu dengan
memberi salam. “Dan mereka menyeru kepada penduduk surga ; salaamun’alaikum.
(Al-Qur’an Surat 7/46).
13.TERTIB
Adalah pertemuan kita Dengan Allah
SWT. Hakikatnya adalah bahwa sejak kita mula terlahir kedunia, mengalami
beberapa tahapan. Dan tahapan ini berjalan sesuai urutannya, sebagaimana contoh
berikut bahwa setiap manusia awal mulanya bayi, kemudian tumbuh menjadi
setengah baya kemudian tua, dan hal ini tidak boleh dibolak balik. Dan
hakikat ini adalah hakikat pewrjumpaan manusia dengan tuhannya.
Demikianlah keterangan yang dapat
dituliskan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam usaha
memeahami makna perintah sholat yang sesaungguhnya. Bermula dari menetapkan
e’tikat, maka ilmu menjadi yang lebih utama. Sebab itulah kewajiban sholat
menjadi rukun didalam kehidupan kita. E’tikat adalah iman, dan sholat adalah
ilmu, puasa adalah latihan pembersihan jiwa, zakat adalah pengamalan dan haji
adalah penyatuan yaitu kepada tujuan akhir memenuhi panggilan Allah SWT dan
panggilan Allah itu adalah kepada Takwa. Mesti di niatkan bagi orang orang yang
mentauhidkan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar